Ekonomi

Analisa dari Segi Ekonomi






Diketahui dari jumlah total rumah yang ada di karanginduk yaitu sebanyak 76 rumah 50 di antaranya mengembangkan usaha dengan membuka warung atau kios yang menjual makanan, minuman dan cinderamata khas Penglipuran atau khas Bali lainnya. Hampir semua warung di Desa Penglipuran menyediakan minuman tradisional khas Penglipuran yaitu loloh cemcem dan jajanan tradisional Bali seperti klepon. Loloh cemcem merupakan minuman asli Desa Penglipuran yang proses pembuatannya hanya ada di desa ini. Warga juga menyediakan homestay sebagai sarana untuk menginap wisatawan. Terdapat empat tipe homestay dengan harga yang bervariasi.
 Tipe pertama disebut guest house, guest house ini merupakan hibah dari Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli, sebelum difungsikan sebagai homestay, guest house ini dulu dijadikan sebagai rumah contoh. Guest house terdiri dari tiga buah kamar yang dikelola langsung oleh pengelola desa wisata dengan harga sewa Rp. 500.000,00 (lima ratus ribu rupiah)/hari. Tiga tipe homestay berikutnya dibedakan menjadi tipe A, B dan C. Homestay ini merupakan bagian dari rumah warga yang khusus direnovasi dan dibuat dengan nuansa rumah tradisional khas Bali, bersih, nyaman dan ramah lingkungan. Homestay tipe A dengan tarif Rp. 350.000,00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah)/hari, tipe B dengan tarif Rp. 250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah)/hari dan tipe C dengan tarif Rp. 200.000,00 (dua ratus ribu rupiah)/hari. Perbedaan tipe ini berdasarkan kesiapan dan fasilitas yang ada di dalam homestay. Adanya homestay ini tentu saja akan menambah penghasilan warga. Adapun pembagian hasil dari penyewaan homestay dijelaskan oleh I Nengah Moneng dalam wawancara berikut ini. Homestay dikelola langsung oleh pengelola desa wisata, nanti pembagiannya dipotong dulu untuk biaya-biaya operasional, seperti breaksfast, snack, kemudian dapat bersih, 80% ke pemilik, 15% ke pengelola dan 5% ke desa adat. Kenapa pengelola itu mengambil 15% karena dia yang bertanggung jawab, yang membuat administrasinya, siapa yang menginap, dari tanggal berapa sampai tanggal berapa, ada yang paspornya diminta dulu untuk membuat laporan (wawancara tanggal 19 Nopember 2015). Proses pengembangan Desa Wisata Penglipuran melibatkan masyarakat setempat sebagai tenaga kerja baik sebagai pengelola desa wisata, petugas kebersihan maupun tenaga kerja untuk pembangunan infrastruktur pendukung pariwisata. Dari hasil penjualan tiket, sebesar 20% masuk ke kas pengelola desa wisata. Dana tersebut digunakan untuk biaya operasional termasuk di dalamnya menggaji personel yang bertugas, seperti misalnya penjaga front office, penjual tiket, petugas keamanan, tukang parkir, petugas kebersihan dan lain sebagainya. Demikian pula pada saat pembangunan ataupun perbaikan fasilitas akomodasi untuk mendukung sarana dan prasarana pariwisata yang dilakukan oleh pemerintah daerah, seperti pengaspalan jalan ataupun pemasangan paving pada lapangan parkir dan pembangunan yang dilakukan oleh desa adat misalnya untuk perbaikan pura, renovasi balai banjar, dan lain sebagainya dimana dalam pembangunan-pembangunan tersebut desa ini lebih mengutamakan pekerja dari warga setempat terutama dari warga yang kurang mampu yang dipekerjakan sebagai buruh dengan upah rata-rata Rp 100.000,00 (seratus ribu rupiah)/hari.







Komentar

Postingan populer dari blog ini

SWOT

Lingkungan

Pengenalan